VACCINATED! | 02 JULI 2021

Tepat satu minggu setelah vaksinasi dosis pertama Vaksin Covid-19. Waktu yang pas untuk bercerita kayaknya, ya. Sebelumnya saya terbilang cukup sering tanya sana-sini mengenai efek samping pasca vaksin yang dirasakan teman-teman atau keluarga yang sudah lebih awal divaksin. Sebagai bahan pembanding, dan untuk melatih kesiapan diri saja sebenarnya. Karena saya sempat maju mundur mencoba untuk vaksin. Bukan tidak percaya, lebih kepada kesiapan saja.

Lupa persisnya, intinya di suatu hari di bulan Juni, tersebar link untuk pendataan mahasiswa yang belum mendapatkan slot vaksin di kampus saya. Saya coba isi, tapi belum ada kepastian. Kemudian, sempat beberapa kali ada ajakan di luar itu tapi saya tunda-tunda dan tidak terlalu pikirkan, saya angap seperti angin lalu saja. Nah, yang kemudian menjadi trigger utuk “ayok lah gas vaksin” adalah setelah saya berkegiatan cukup intens di luar rumah. Setiap pulang saya parno sendiri, mengkhawatirkan ibu dan adik yang berpotensi tertular kalau saya la samahallah positif. Kemudian juga, dorongan dari HIMA yang mengharuskan seluruh pengurusnya untuk mengikuti vaksinasi sesegera mungkin, serta kabar burung mengenai perkuliahan yang akan segera dilaksanakan tatap muka juga menjadi alasannya. Kondisi tersebut mengharuskan seluruh mahasiswa untuk segera melakukan vaksinasi. Tidak hanya untuk kebaikan saya, tapi banyak orang, bismilah weh.

Kebetulan lagi, ayah dan abang saya juga sudah divaksinasi dalam waktu yang tidak berjauhan. Ini menambah yakin saya bahwa vaksin aman dan akan baik-baik saja. Dan sepekan lalu, pada tanggal 2 Juli saya mendaftarkan diri, menghadiri, dan mendapat giliran vaksinasi bersama beberapa orang teman. Dua Juli tuh kebetulan dan sekalian mendistraksi diri juga ehehehehw :’)

Anyway, prosedurnya bagaimana? Sebenarnya tidak neko-neko. Semua berjalan lancar dan cepat. Saya dan beberapa orang teman hanya perlu berangkat ke tempat vaksinasi dengan membawa kartu pengenal. Hari itu, kami berangkat sangat pagi, untuk menghindari kerumunan. Berbaris dan mengantre menunggu formulir dan nomor antrean. Mengisi form sesuai arahan panitia. Dilanjutkan screening yang melewati beberapa tahapan, yaitu verifikasi data diri, kemudian riwayat penyakit dan pengecekan kondisi tubuh seperti suhu, dan tensi darah. Kemudian setiap peserta diarahkan untuk memasuki bilik secara bergantian untuk mendapatkan suntikan vaksin.

Sepulangnya dari tempat, di perjalanan 1 jam menuju rumah, yang saya rasakan adalah ngantuk luar biasa. Setelah disuntik, sebenarnya saya mencari tahu banyak hal di internet. Termasuk efek pasca penyuntikan dan kondisi-kondisi tertentu yang perlu saya waspadai. Tidak ada pantangan, dan tidak ada efek apapun yang saya rasakan awalnya selain rasa kantuk. Dengan sedikit takabbur saya beramsumsi sepertinya saya termasuk golongan orang kuat dengan imun yang baik sehingga tidak merasakan efek berat apapun.  Sesampainya di rumah, rasa kantuk tidak berkurang sedikitpun. Sesuai yang saya dapatkan di google, rasa kantuk dan lapar setelah vaksin adalah hal yang amat wajar. Jadi saya teruskan saja tidurnya.

Sore hari, saya tertidur di kasur. Kemudian terbangun sekitar pukul 8 malam secara tiba-tiba karena sekujur tubuh saya merasa sangat kedinginan, sedangkan pada saat itu kondisinya sedang tidak menyalakan kipas angin ataupun AC, tapi saat sore hari sempat hujan. Pikir saya, efek hujan kali ya, makanya kerasa dingin. Dalam kondisi menggigil saya sambil googling, dan saya dapati sebuah artikel yang mengatakan bahwa efek samping setelah vaksin baru akan terasa saat memasuki 12 jam setelah penyuntikan atau justru jika sudah melewati watku tersebut tidak ada akan ada efek sampaing sama sekali. Saat saya hitung, rupanya ini memasuki jam ke 12 setelah cairan Astrazeneca tersebut dimasukkan ke dalam tubuh saya. Alamat tidak tidur nyenyak malam ini, gumam saya. Dalam kondisi tersebut saya tetap usahakan untuk terus meminum air putih untuk terhindar dari dehidrasi.

Sepanjang waktu tadi, rupanya saya tertidur, dan kembali terbangun pada pukul 1 malam dikarenakan badan saya sedang panas-panasnya. Saat bernafas pun, hawa yang menghembus keluar terasa begitu panas. Saya mencoba bangun untuk berganti pakaian yang lebih adem dan menyerap keringat. Tapi kaki saya tidak kuat menahan beban badan. Lutut terasa lemas, dan kaki bagian bawah terasa bergetar. Masih mencoba melakukan semua sendiri, saya coba bangun perlahan. Sempoyongan bukan main. Ditambah pergelangan tangan kiri tempat dimana disuntikkan vaksin mulai terasa berat dan kebas. Kepala juga tidak kalah sakitnya.

Karena sudah tidak tahan dengan panas yang menderu sekujur tubuh, pukul 4 pagi saya mencoba meminum obat pereda/penurun panas yang ada di rumah. Perlahan suhu tubuh saya menurun dan disusul dengan sakit kepala yang juga berkurang. Akhirnya saya dapat melanjutkan tidur hingga hari semakin terang. Saat pagi hari, ayah dan abang saya menelpon dan memastikan kondisi saya. Berderet pertanyaan mereka lontarkan untuk menjawab kecemasan mereka. Seketika semua sakit terasa lenyap, bukan melebihkan tapi merasa dan tahu bahwa saya diperhatikan dan didoakan adalah dukungan terbaik dan bekerja sebagai obat mujarab bagi saya.

Malam itu benar-benar pengalaman yang tidak terlupakan. Pikir saya sampai sempat melayang kemana-mana, sempat menangis dan membayangkan kondisi serupa yang dialami oleh para penyintas dan justru dalam keadaan yang lebih parah. Penyakit ini benar-benar dirasakan oleh sebagian orang diluar sana, dalam jangka waktu yang tidak sebentar, berhari-hari hingga berminggu. Sesakit-sakitnya dan setidakenak kondisi yang saya rasakan, saya mencoba bersyukur dan tidak terlalu menjadikannya beban. Karena sungguh ini bukan tandingan yang sepadan. Di hari-hari berikutnya, pegal, tangan kebas, dan lutut lemas masih saya rasakan. Hanya saja tanpa meriang dan menggigil. Oh iya, dan tangan area suntikan selalau terasa hangat, serta tanpa saya sadari timbul bercak kemerahan yang cukup besar. Sempat panik, namun setelah mencari-cari, kondisi tersebut juga terbilang wajar menurut nakes dan beberapa artikel. Kesengsaraan sementara ini ditambah dengan nafsu makan yang mulai berkurang. Bukan tidak bergairah untuk makan, keinginan untuk makan masih baik dan masih seperti sehari-hari, namun, setiap saya mencoba memasukkan makanan ke dalam mulut semua akan terasa aneh dan pahit pada akhirnya. Hal itu membuat saya mengurungkan niat untuk makan dan menjadi malas-malasan.

Sejauh ini, per hari ini semua sudah kembali normal. Untuk saya pribadi butuh waktu satu minggu penyesuaian dan pembentukan sistem kekebalan dalam tubuh pasca vaksin. Untuk sebagian orang mungkin lebih cepat dan lebih minim efek samping. Semua berbeda-beda tergantung pada imunitas tubuh masing-masing. Ini menyadarkan saya betapa tidak sehatnya hidup saya sebelum hari ini. Meskipun secara istiqamah ibu mengingatkan setiap hari untuk meluangkan waktu sebentar dan berjemur atau berolahraga, tapi saya tidak hiraukan. Begitupun dengan vitamin, tidak ada suplemen yang saya konsumsi rutin. Makanan saya pun jauh dari serat dan sehat. Mungkin ini salah salah satu sebab ringkih dan lemahnya tubuh saya menghadapi vaksin yang diberikan. Sejak hari ini saya berkomitmen untuk memperbaiki sedikit demi sedikit dan lebih memperhatikan asupan makanan untuk menjaga kesehatan tubuh. Stay healthy, everyone. Any healtier step and decision that you take today will be really matter!

Comments

Popular posts from this blog

MEMORI RAYA | 24 MEI 2020

RAYA KEDUA || 5 JUNI 2019