RAYA KEDUA || 5 JUNI 2019
Assalamu alaikum,
Minal aidin wal faidzin, mohon maaf lahir dan bathin. Mohon maaf atas laku dan ucap yang mungkin pernah atau bahkan sering keliru :)
Lebaran kali ini hanya kami bertiga, aku, mama dan adik. Sebelumnya sempat beberapa kali kami berdiskusi ringan mengenai apa yang akan kami lakukan pada hari raya nanti. Namun, Qadarallah kami tiba-tiba mendapat telpon dari kakak sulung baba (ayah), beliau berencana mengadakan acara haul yang ke-10 almarhum kakek kami tercinta, dari pihak baba. Maka kami harus pulang ke kampung untuk menghadiri.
Jadilah pada pagi hari kami diberi kabar, mama segera berangkat ke pasar untuk membeli beberapa oleh-oleh. Sementara aku berkemas, menyiapkan peralatan dan baju untuk 3 hari kedepan. kemudian siang hari kami sudah bertolak.
Rencana awal adalah kami akan dijemput dengan klotok (perahu kecil), namun karena mendung maka kami memilih untuk menggunakan motor saja.
Memerlukan waktu kurang lebih 1 jam untuk tiba di sana. Dan harus menaiki feri penyeberangan terlebih dahulu. Ini merupakan pengalaman pertamaku menaiki feri untuk menyeberangi sungai. Sejak berangkat aku cukup cemas, karena sempat beberapa kali mendengar cerita yang mengerikan mengenai kecelakaan feri yang pernah terjadi. Dalam hati tidak henti-hentinya mengucap Asma Allah. Luar biasa gugup. Ternyata saat setelah dijalani biasa saja. Selama menyeberang mataku disajikan dengan tampilan langit sore menuju senja yang memikat.
Kami berangkat dengan 2 motor. Satu milik saudara kami yang ditumpangi oleh mama, beliau sengaja menjemput sekaligus untuk mengarahkan jalan. Satu lainnya adalah motor yang aku tumpangi, motor yang biasa kami tumpangi sehari-hari. Dikendarai oleh adik ku, Kami berjalan beriringan.
Setelah selesai menyeberang kami pun masih harus melewati hutan, melewati kebun kelapa dan kelapa sawit, dengan jalan yang kurang bersahabat. Jalan yang benar-benar rusak, jalan berlobak dimana-mana, becek dan licin karena hujan, serta puluhan jembatan kayu yang mulai rapuh.
Adik ku tidak berpengalaman menjelajah jalan tak beraturan seperti ini. Oleh karena itu setiap ada lobak atau lubang yang cukup dalam atau jembatan kayu yang nampak sangat repas repui tak kokoh lagi, terpaksa aku harus turun untuk menghindari kami tercebur ke sisi kanan kiri yang penuh air. Jalan ini juga tak cukup lebar, hanya dapat dilewati satu buah motor, jika dua motor berselisih maka salah satunya harus berhenti dan mengalah.
Alas kaki kami benar-benar dipenuhi tanah alluvial yang sudah bercampur dengan air hujan serta rumput-rumput.
Salut terhadap adikku, dia nampak begitu lelah mengendarai motor untuk perjalanan yang tidak mulus ini dalam keadaan berpuasa namun tidak sekali pun dia mengeluh.
Sesampainya di kediaman Uwak (saudara sulung baba) kami segera merapikan barang dan merapikan diri. Karena sebelum berbuka puasa acara Tahlil sudah akan dimulai. Sebenarnya kakek kami wafat pada tanggal 2 Syawwal, namun acara tahlil kali ini dipercepat 4 hari lebih awal karena masing-masing keluarga memiliki kepentingan lain yang harus diselesaikan.
Beberapa anggota keluarga dan warga sekitar mulai berdatangan, kami menyiapkan piring serta makanan untuk acara Tahlil sekaligus buka puasa bersama kali ini.
Usai acara, kami bersantai duduk di ruang tamu sambil menunggu keputusan sidang Isbat.
Bapak Lukman Hakim mengumumkan berdasarkan posisi letak hilal, bahwa untuk wilayah Indonesia ditetapkan Hari Lebaran atau 1 Syawwal pada tanggal 5 Juni, yaitu hari Rabu. Sedangkan untuk Saudi Arabia dan beberapa negara wilayah Eropa adalah 4 Juni.
Saat mendengar takbir dilantunkan di Masjidil Haram, tiba-tiba nyesek. Tiba-tiba meneteskan airmata. Sudah dua tahun rupanya. Tiba-tiba di kepala seperti ada rekaman kompilasi kenangan-kenangan Eid beberapa tahun lalu, seperti di drama-drama atau sinetron. Hahah, tapi memang begitu kejadiannya.
Lalu kami berbincang dengan anggota keluarga untuk beberapa saat, sebelum akhirnya beristirahat. Perjalanan hari ini sudah sangat melelahkan.
Keesokan harinya, sebelum shalat dzuhur aku beserta mama dan adik berniat untuk nyekar ke makam kakek, nenek serta handai taulan yang juga dimakamkan di tempat tersebut. Dengan membawa sedikit bunga kami tiba di tempat.
Membaca surat Yasin, dan doa-doa lainnya bersama. Aku pikir aku akan tegar dan tidak akan menangis lagi karena ini sudah yang kesekian kali kami berziarah. Namun kenyataannya tidak, rasa rindu serta penyesalan karena tidak pernah bertemu mendorong airmataku untuk keluar sejadi-jadinya ditengah-tengah bibir melantunkan ayat-ayat. Berharap agar almarhum dan almarhumah yang telah mendahului, dapat melihat kami yang sedang menjumpai makam mereka dan berbahagia, bahwa anak cucunya tidak akan pernah lupa.
Selesai mendoakan, kami mulai merapikan tanah dibawah batu nisan bertengger, mencabuti rumput liar yang tumbuh di sekitar.
![]() |
| Pusara Almarhumah nenek |
![]() |
| Pusara Almarhum kakek |
Untuk almarhum kakek, nenek, datuk dan keluarga yang lainnya semoga tenang dan Allah tempatkan di tempat terbaik Alfatihah...
Setelah merasa cukup, kami pun berbalik dan pulang. Menyiapkan menu untuk berbuka puasa yang terakhir tahun ini. Tidak banyak yang kami lakukan, hanya beristirahat dan menyiapkan pakaian untuk shalat Eid pagi berikutnya.
Pagi-pagi sekali, kami sudah mandi bergiliran dan bersiap sebelum berjalan bersama menuju masjid terdekat.
Setelah shalat Eid, kami bertandang ke beberapa rumah keluarga dan tetangga yang kami lewati.
Aku benar-benar perlu penyesuaian, selama di Mekkah setiap selesai shalat Eid kami hanya tidur di rumah. Kemudian mulai berkunjung saat hari sudah siang menjelang sore. Berbeda dengan disini, setelah shalat harus berjalan kesana kemari dan selalu disuguhkan makanan. Rasanya satu piring dari setiap rumah terlalu banyak untuk perutku yang hanya ada satu ini. Namun nilai kekeluargaan disini luar biasa, patut dicontoh.
Pengalaman baru yang sangat berbeda, sejak perjalanan berangkat hingga usai Shalat Eid. Seru, tapi alangkah akan sangat mengasyikkan jika kami dapat melewatinya dengan anggota keluarga yang lengkap, ada Baba dan Kak Nawaf. Semoga Allah izinkan untuk tahun-tahun berikutnya, Amin.
Oh iya, keluarga besar kami ini tidak terlalu familiar dengan 'fotbar' mereka tak terlalu suka berfoto. Sehingga tidak ada foto yang bisa diupload, karena cukup sulit untuk mengajak mereka. Mungkin jika ada Baba dan Nawaf, keluarga kecik kami akan berfoto bersama dengan baju yang juga sama, Amin ya Allah.
Sekian pengalaman Eid tahun ke-dua di Indonesia ini. Semoga di tahun berikutnya aku dapat lebih beradaptasi dengan kebiasaan orang-orang disini yang saat ini masih terasa asing bagiku.
Baiklah untuk mengakhiri,
Happy Eid Mubaraak everyone💕
وكل سنه وانتم بالف خير، سائلين الله تعالى القبول منا ومنكم الصيام والقيام وصالح الأعمال ✨
Selamat lebar-an, selamat makan 😂


Comments
Post a Comment