WAXING SENDIRI, KELUAR ZONA || 13/12/2018


Assalamu alaikum, ๐Ÿ’•
Selamat pagi, siang, sore, malam untuk teman-teman yang sedang membaca tulisan ini. Semoga kesehatan senantiasa Tuhan limpahkan atas kita semua.

Intro yang agak jauh dari biasanya, ya. Semoga siapapun yang membaca tidak mengira akun blogku sedang dibajak oleh orang lain. Tidak, ini aku yang sebenar-benarnya. Hanya saja aku ingin terdengar lebih bersahabat lol.

Saat menulis ini, aku sedang dalam perjalanan menuju sekolah. Suatu pagi yang langitnya gelap dan anginnya terasa dingin menyentuh kulit.
Tulisan kali ini masih tentang pengalamanku, yang ingin kubagikan dan sebarluaskan pada semuaaaaaaa haha


Kalau kalian teman-temanku dari SD sampai sekarang, mungkin sudah bosan mendengar keluh kesahku yang selalu sama mengenai aku being a hairy girl --entah ini lebih pantas ku sebut sebagai  kekurangan atau kelebihan--

Well, selama ini aku selalu merasa seperti wanita yang separuh laki-laki karena penampilanku. Setiap aku bercerita tentang ini mama selalu mencapku sebagai "manusia yang tidak bisa bersyukur" hahahha sebegitu berdosanya kah?

Selalu iri melihat teman-teman dengan tangan serta kaki yang mulus dan tanpa kumis tipis tentunya. Aku kerap darah tinggi ketika lontaran pertanyaan "kok tangannya buluan?" Keluar dari mulut-mulut jahil kebnyakan manusia,dulu.

Tapi tidak memungkiri sampai saat ini pun masih suka jengkel, tapi terkadang responku sebatas tertawa kecil seraya mengangkat bahu mengisyaratkan akupun tak tahu mengapa begini --tanganku berbulu lebat-- Kalau bicara sebabnya kenapa, tidak tahu persisnya. Yang pasti sejauh ini aku tidak pernah mencukur --untuk bagian lengan dan jari tangan ya-- tapi kalo bicara soal faktor keturunan sepertinya bisa di-iya-kan. Kata mama waktu muda, Baba itu tangannya, punggung, dada, kaki memang berbulu cukup lebat. Tapi sayang seribu sayang, kenapa turunnya malah ke anak perempuannya? sedangkan kakak dan adikku yang secara lahiriah laki-laki tulen masih kalah lebat dibandingkan aku.

Btw kadang suka bingung enaknya nyebutnya bulu apa rambut๐Ÿ˜‚ berdasarkan keadaannya sih terlihat seperti rambut ya, tapi umumnya orang-orang menyebutnya bulu. Apa kita harus memulai merubah salah kaprah yang satu ini dengan membiasakan menyebutnya Rambut mata instead of bulumata? Rambut dada instead of buludada? Rambut tangan, mungkin?๐Ÿ˜‚

Kembali ke topik, jadi 3 bulan yang lalu aku sempat mengeluh pada Baba tentang hal ini, sebenarnya bukan hal baru atau kali pertama aku berucap demikian. Tapi perdana Baba menanggapi kata-kataku dengan cukup serius, begini:
"kalau memang benar adanya --rambut tangan--mengganggu aktivitas kamu atau bahkan mengganggu rasa percaya diri kamu yasudah di wax aja, jangan di cukur nanti tumbuhnya lebih panjang dan kasar"

Terperanjat dong acu haha, langsung kaya "serius boleh, Ba?"
"InsyaAllah Islam nggak ngelarang kalau buat kebaikan"

Udah dong setelah itu jadi makin sering research tentang pandangan Islam soal mencukur atau menghilangkan rambut pada anggota tubuh, kemudian tipe-tipe wax yang dianjurkan dan yang dianggap aman.

Akhirnya baru di penghujung November kemarin berani membulatkan tekad untuk pesan strip wax di online shop. Dan baru sampai 4 hari yang lalu tepatnya tanggal 9 Desember 2018.

Excited parah kan tuh, sampai-sampai lupa buat foto dulu sebagai dokumentasi before-after.
Pas awal menempelkan kertas wax degdegan luarbiasa, takut kulitnya ikut keangkat, eh.
Awal-awal kerasa banget sakitnya, pelan-pelan kulit jadi memerah dan pori-pori jadi terlihat lebih lebar dan lebih jelas dari biasanya. Ya jelas lah ya, sakit sudah pasti, cuman kebayar kok dengan hasilnya. Satisfying waktu liat rambut nempel di kertas wax. Tapi setelah mencoba beberapa kali menarik kertas wax dari kulit, rasa sakitnya tidak sesakit di awal.

Bisa karena terbiasa itu benar adanya teman-teman sekalian!

Setelah selesai, aku merendam tanganku di dalam wadah berisikan air dingin (bukan air es) untuk mengurangi pembengkakan dan kemerahan. Ga jarang sisa waxnya akan sedikit menempel di kulit, nah menurut WikiHow  bisa gunakan minyak zaitun atau minyak apapun untuk membantu sisa wax lepas dari kulit. Karena malas mengambil minyak zaitun diatas lemari. Aku mencobanya dengan Vaseline Patroleum Jelly yang teksturnya juga seperti minyak dan menurutku akan bekerja selayaknya minyak.
 Dan iya it works very well!


Menurut hasil research ku, rambut akan tumbuh kembali 2-6 minggu setelah waxing, dan tumbuh dengan rambut yang lebih halus. Sedangkan mencukur hanya memerlukan waktu 1-2 minggu untuk rambut kembali tumbuh dan menghasilkan rambut yang lebih kasar dan lebih hitam.

Jadi kesimpulannya untuk pencoba pertama ya, sakit dan kulit memerah memang konsekuensinya tapi ketika melihat hasilnya, waxing itu worth kok untuk dilakukan. Selain instan juga karena hasil jangka panjang yang dijanjikan. Ketimbang cukur yang berpotensi besar terjadi luka dan hasil yang kurang memuaskan, kan?

Jadi sehari setelah wax, beberapa teman di sekolah memperhatikan perubahan pada tanganku, katanya keliatan lebih bersih dan lebih cerah. Semoga mereka tidak berbohong ya hmm ๐Ÿ˜‚

Sekarang kulit aku jadi terasa lebih halus, kita lihat ya nanti setelah berapa minggu rambut a.k.a bulu ini akan kembali tumbuh?


Nah udah dehhhh, 
Sekian tulisanku kali ini, semoga apa yang aku tulis dapat bermanfaat bagi yang membaca pun bagi diriku sendiri.


Terima Kasih sudah meluangkan waktu :)

Ket: before (kiri) -  after (kanan), mohon maaf atas kekontrasan ini. Foto before memang diambil kurang lebih 6 bulan lalu. Saat terbakar matahari, ga pake sunblock sama sekali. Belangnya jelas sekali.




Comments

Popular posts from this blog

MEMORI RAYA | 24 MEI 2020

RAYA KEDUA || 5 JUNI 2019

VACCINATED! | 02 JULI 2021