FKIP FEST EXPERIENCE || NOVEMBER-DESEMBER 2019


 Pertama-tama, ini adalah tulisan non-formal. Bukan hasil liputan jurnalistik yang menjawab pertanyaan 5w 1h ataupun laporan berlandaskan kaidah penulisan yang benar. 

 Ya, paling tidak tulisan ini nyaman dan mudah untuk dibaca sambil ngemil karena lebih mirip kepada diary ringan nan santuy yang isinya adalah sesuka saya. Tapi semoga esensinya dapat tersampaikan.

 Fyi, ada beberapa tulisan saya yang masih tersimpan rapi di draft, mengantre untuk dipublikasikan. Belum tersentuh sama sekali. Penyakit saya yang tidak kunjung sembuh. Malas :)

 Baiklah. Sedikit memutar balik, sepertinya saya sempat beberapa kali membuat tulisan tentang keterlibatan saya dengan organisasi di sekolah. Bukan begitu?

 Tentang kegemaran saya berpartisipasi dalam kepanitiaan beberapa acara sejak SMP. Yang sayangnya, 2 tahun terakhir di  bangku SMA keinginan itu tidak mendapat ruang sehingga tidak bisa tersalurkan dengan baik. Berhubung sistem organisasi sekolah saya saat itu tidak memberi peluang untuk saya bergabung. Tertahanlah keinginan itu selama kurang lebih 2 tahun.

 Cuti untuk waktu sepanjang itu cukup membuat saya merasa hidup ini agaknya useless.

Sekolah-pulang-sekolah-pulang menjadi rutinitas yang membosankan. Dari sanalah, saya bercita-cita kuat untuk kembali terlibat dalam organisasi saat kuliah. Sebagai ajang penyaluran bakat minat sekaligus balas dendam atas kealpaan yang cukup lama.

 Singkat kisah, awal Oktober lalu tersebar pamflet open recruitment tim muda untuk sebuah acara bertajuk FKIP FEST, atau festival yang diselenggarakan oleh fakultas FKIP di kampus saya. Tanpa pikir panjang, saya ajak beberapa orang teman untuk membersamai saya menyerahkan formulir pendaftaran. Mereka menyetujui, selang beberapa hari kemudiam kami dihadapkan dengan sesi wawancara bersama pengurus BEM FKIP. Saat itu saya rela mengesampingkan keinginan untuk pulang ke kampung halaman, demi tes wawancara yang akan diadakan pada hari minggu.

 Sesi wawancara cukup menegangkan, namun saat itu saya sudah menyiapkan diri atas hasilnya nanti. Apapun itu saya akan legowo menerima. 

 Dua minggu berlalu, tepat pagi hari Rabu saya sedang membuka dan scrolling timeline akun instagram saat dosen sedang memberi tugas membuat karangan. 

Saat itu saya mendapati postingan yang berisi daftar nama mahasiswa baru yang diterima untuk menjadi bagian dari panitia acara besar fakultas tersebut. Tertera nama saya pada bidang yang memang saya incar. 

Namun, saya merasa bersalah saat mengetahui nama teman saya (yang saat itu dengan setia ikut tes wawancara) tidak ada. Terlihat sedikit kecewa pada sorot matanya, jelas sekali. Saya pun jika berada di posisi Dia pasti akan merasakan kekecewaan itu, walau Dia mencoba tegaskan pada semua bahwa Dia baik-baik saja. Namun Dia begitu supportive, Dia menyemangati dan terus mendukung saya untuk melanjutkan, karena sebelumnya saya terpikir untuk membatalkan atas nama solidaritas. Penguatan darinya menjadi alasan saya untuk tetap bersemangat.

Siapapun yang pernah berada di posisi ini akan tahu bagaimana dilemanya. Namun akan terasa agak dramatis bagi yang tidak. Memilih antara teman dan diri sendiri.

 Pada 20 Oktober 2019, dilaksanakan pertemuan pertama seluruh panitia. Pukul 7 malam, berlokasi di lingkungan kampus yang minim pencahayaan. Saya berangkat seorang diri, dengan kondisi tidak mengenali siapapun. Canggung, takut, bingung semua tidak bisa dibedakan lagi. Jiwa yang introvert ini mencoba untuk keluar dari zona aman, menyapa dan berkenalan dengan anggota panitia yang mayoritas adalah kakak tingkat. Kena lau wkwk

Rapat pertama berjalan dengan baik. Pengalaman baru yang menarik. Begitupun dengan rapat kedua, ketiga keempat dan pertemuan seterusnya.

 Selama masa persiapan acara, saya sering berkunjung ke Ruang Sekretariat karena tugas saya memang diselesaikan di ruang itu, memprint undangan beserta amplop contohnya. Ya walaupun saya tidak mengerjakannya sendiri, pasti dibantu dan diarahkan oleh sekertaris umum, ketua umum dan kakak yang lain yang juga berpengalaman di bidang kesekretariatan. 

Tbh, awalnya saya selalu panas dingin setiap melewati lorong menuju ruang yang berisikan kakak-kakak senior yang luar biasa. Sering merasa saya bukanlah siapa-siapa. Pendatang baru yang kehadirannya sebatas figuran. Ternyata, kenyataan yang saya dapati berbeda. They welcome me in the warmest way, terasa kekeluargaannya. Saya disambut dengan sangat baik. Saya seperti tidak ada beda. Ketidaktahuan saya dibimbing hingga sampai pada level paham dan mampu mencoba sendiri. Dengan telaten menuntun saya yang baru lulus dari SMA, dan tidak banyak pengalamannya.

 Saya tetaplah saya. Sulit untuk berbicara dengan orang baru. Tertebak sudah, saya banyak diam dan sesekali hanya mengangguk ikut tertawa kala mereka bersenda gurau.

Saya menyimak pembicaraan diantara para senior yang berada di semester yang bervariasi yaitu semester 3,5,7. Saya belajar sedikit banyak dari sana. Karena bagi saya, hidup saya adalah sebuah proses belajar yang tiada henti dan tapi.

Dan saya yakin semakin dewasa dan matang usia seseorang, semakin banyak pula ilmu yang mereka bagikan. Tugas yang muda mendengarkan dan mengingat yang baik dari setiap perkataan dan perbuatan. Sering kali saya ber-oh-ria dalam hati saat mendapat informasi tentang dunia perkuliahan dari mereka. Melihat ini semua, senioritas rasanya jauh sekali dengan kenyataan yang ada. Well, saya tidak mau berkomentar banyak tentang hal ini, bukan ranah saya.

 Apalagi ya? Oh iya festival ini akan digelar selama 15 hari berturut-turut sejak akhir bulan November.

 Pada H-1 yaitu 29 November panitia melaksanakan rapat pemantapan, Ketuplak, Ketum dan koordinator acara memberi arahan untuk tiap-tiap tim. Sejak malam itu panitia bekerja ekstra untuk mempersiapkan opening ceremony. Dari dekorasi, perlengkapan, surat menyurat, baju keseragaman panitia dan lain sebagainya. Tersirat bangga menyadari betapa totalitas panitia dalam mengerjakan tugasnya. Bekerja sejak siang hingga malam hingga terbit pagi lagi. Jam tidur yang banyak tersita jangan ditanya. Dari sini, saya belajar tentang pentingnya tanggung jawab. Lelah sudah pasti, tapi kesadaran akan kewajiban menjadi sebuah indikasi seseorang yang berbudi pekerti baik.

 Sabtu, 30 November 2019 pagi hari pukul  4 saya terbangun karena dering handphone dari grup kepanitiaan yang sedang saling mengingatkan satu sama lain untuk segera bersiap.

 Sangat dini, padahal semalam masih berkumpul hingga pukul 12 malam mematangkan persiapan, yang artinya durasi tidur terlama kami adalah 4 jam. 

Tidak diduga, saat hendak bersiap, listrik di kos saya tiba-tiba padam. Saya menghembus napas cukup kuat. Geram, tapi masih mengantuk jadi pasrah saja. 

 Setengah jam kemudian saya mandi, shalat dan mulai menyiapkan apa yang dirasa perlu dengan bantuan flashlight seadanya dari handphone. Beberapa menit menuju pukul 6 saya memesan ojol untuk mengantar ke tempat acara akan digelar. 

 Sebenarnya panitia dijadwalkan untuk berkumpul pada pukul enam. Namun,  sesampainya di tempat, dapat dihitung dengan jari berapa jumlah panitia yang sudah berhadir termasuk saya. Wajar ini terlalu pagi. Tidak berselang lama, panitia lain pun mulai berdatangan.

Opening ceremony berjalan dengan lancar. Acara pembukaan yang diisi dengan sambutan Wakil Dekan serta beberapa penampilan hiburan seperti Tari Dayak, Madihin dan persembahan dari teman-teman disabilitas yang luar biasa.

 Tugas saya adalah menjaga daftar kehadiran tamu yang merupakan perwakilan Ormawa serta presensi panitia. Saya menikmati tugas ini. 

Pertama, karena tugas Kestari (kesekretariatan) tidak mengharuskan saya berbicara banyak, saya juga baru menyadari ternyata saya tipikal orang yang lebih senang do more talk less
Kedua, dengan ditempatkan di bidang ini saya bisa mengenali orang tanpa harus berkenalan secara langsung, well im a true introvert so it seems so difficult for me to approach people first to get to know them, got what i mean? Lol

'Opening Ceremony' berlangsung hingga pukul 10 pagi, artinya ada sekitar 2 jam untuk panitia beristirahat sebelum memulai lomba berikutnya. Sembari beristirahat, beberapa orang panitia membantu membersihkan tempat dan memindahkan beberapa peralatan ke gedung perkuliahan karena akan kembali digunakan.

 Ada beberapa kategori lomba yang dilombakan, yaitu Lomba Kerakyatan dan kesenian, Lomba Olahraga yang meliputi Futsal Tournament termasuk Catur juga E-sport, Lomba Bidang Pendidikan yang termasuk LKTI dan Debat.

 Di hari yang sama, kami dari tim Kestari menjaga registrasi untuk beberapa lomba yang diadakan secara bersamaan. Saya mendapat tugas sebagai penjaga registrasi untuk lomba catur. Dari semua lomba pada hari tersebut, yang paling membutuhkan waktu adalah catur. Dimulai sejak pagi dan baru selesai pada sore hari menjelang senja. Tidak heran, mengingat jumlah peserta sekitar 30-an Orang.

  Seusai semua lomba rampung. 
Pada sore hari,panitia berkumpul untuk melaksanakan rapat evaluasi. Walaupun terdengar seperti hal sepele tapi pengaruhnya bukan main. Tujuannya adalah untuk menyatukan kembali visi misi panitia contohnya. Menilai bersama apa-apa yang dirasa kurang optimal dan mencoba mencari solusi terbaik agar semua berjalan sesuai dengan yang diharapkan sejak awal. Dan beberapa koreksian menjadi bahan pembelajaran untuk acara yang lebih baik lagi.

 Sebenarnya setelah evaluasi, pada malam hari kegiatan panitia masih berlanjut yakni harus berkumpul di area kampus untuk mempersiapkan atribut dan properti untuk hari berikutnya. 

 Agenda di keesokan harinya adalah Jalan Santai, yang dilanjutkan dengan perlombaan Fashion Show. Oh iya juga diselingi dengan pembagian doorprizes.

 Pada hari itu seluruh panitia mengenakan pakaian keseragaman yang bercetak "Fkip Fest"

Tim Kestari selalu bertanggung jawab bagian presensi, hari ini tugas kami bertambah yaitu membagikan dan menggunting kupon di depan gerbang utama kampus saat jalan santai berlangsung.

 Fashion Show menampilkan 2 orang maskot/perwakilan setiap prodi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Setiap prodi mengirimkan perwakilan dengan penampilan terbaiknya. Berlenggak lenggok dengan percaya diri di hadapan banyak mata yang menyoroti.

 Pada pukul 11.00 panitia beristirahat sejenak. Sebagian bertahan di tenda panitia. Sebagian lagi merebahkan diri bahkan tidur di ruang sekre, termasuk saya. Saat memasuki jam makan siang, Kak Febi a.k.a koordinator kesayangan saya, (lol) mengajak saya untuk ikut serta menemani beliau membeli makan siang untuk kami sebelum lomba berikutnya dilaksanakan, saya pun mengiyakan.

 Selesai menyantap makan siang, kami kembali bersiap untuk bekerja dan memeriahkan lomba. Kali ini adalah lomba kategori kerakyatan, Lomba Lempar Kaleng untuk putra dan putri. Saya standby di meja registrasi dan membantu penanggung jawab lomba untuk menyesuaikan skema permainan walaupun saya juga tidak begitu mengerti jalan permainan dan penentuan pemenangnya. Saya sekedar membantu mencatat saja. Lombanya berlangsung hingga sore dan rupanya sangat seru.

 Tim Kestari menyelesaikan administrasi seperti biasa lalu tibalah saatnya kami pulang, kembali ke kos dan beristirahat dengan sebenar-benarnya. Karena besok agenda kami hanyalah kuliah seperti biasa.

 Dari hari senin sampai Jumat kami berkuliah seperti hari-hari yang lalu, karena lomba yang dilaksanakan hanyalah futsal. Selama weekdays ini kami tidak terlalu sibuk. Tim kesekretariatan pun tidak mempunyai banyak tugas, hanya membantu tim yang lain dalam menyelesaikan keperluan mencetak file yang dibutuhkan dan menjadi pencatat score saat permainan Futsal berlangsung.

 Pada tanggal 6 Desember bertepatan hari Jumat, kami menyelenggarakan kegiatan yang tidak kalah menarik dan bermanfaat tentunya, yaitu donor darah. Panitia dengan dibantu oleh tim profesional, PMI. Bertempat di lapangan fakultas.

Pada hari itu bazar juga dimulai. Bazar yang dibuka selama kurang lebih satu minggu menyediakan beberapa stand makanan yang enak dan minuman yang menyegarkan. Oh iya btw favorit saya adalah thai tea + hazelnut untuk menemani hari yang cukup terik wkwk.

 Pada keesokan harinya, yakni tanggal 7 Desember hari Sabtu kegiatan kami lumayan padat. Karena pada hari itu kembali berlangsung beberapa lomba secara bersamaan yaitu Lomba Benyanyi Bahasa Banjar (lomba bernyanyi Bahasa Banjar), PES, Mobile Legend Tournament, dan Debat.

 Kestari berbagi tugas karena titik perlombaan tidak hanya satu. Saya ditempatkan di lomba PES kemudian saat tugas saya selesai maka saya beralih ke perlombaan ML karena nampak kestari yang lain cukup kewalahan mendata peserta lomba yang mencapai 150 orang.

  Karena merupakan hari yang cukup hectic, maka tidak heran juga banyak hal yang dikeluhkan panitia. Disinilah fungsi dari rapat evaluasi benar terasa. Saat dirasa sudah cukup proses membagi asa, karsa dan rasa maka kami pun bersiap pulang, esok Minggu adalah jadwal untuk me time. Tapi tetap saja harus menyempatkan diri ke ruang sekre untuk membantu beberapa pekerjaan yang saya bisa. 

 Pada minggu ke-dua ini lomba yang berlangsung secara rutin adalah Futsal dan Mobile Legend Tournament. Lebih tepatnya yaitu masa penentuan tim mana yang akan berlanjut ke semi final lalu kemudian ke babak final. Pertandingan Futsal dilaksanakan pada sore hari dan ML tournament pada malam hari di lapangan belakang atau area bazar.

  Karena perhatian, kakak koor melarang keras saya untuk hadir di kegiatan malam hari dengan alasan dan pertimbangan 'nanti akan kelelahan kalau energi diforsir siang malam'. Tapi saya kekeuh minta untuk ikut, karena ingin merasakan pengalaman baru. Ingin tetap melatih diri bertanggung jawab. Prinsipnya adalah walaupun hadir ke lapangan hanya sebentar, yang penting hadir dan saya tidak merasa bersalah.

 Pada tanggal 9 & 10 hanya ada satu lomba setiap harinya yaitu Lomba Bakisah Bahasa Banjar (lomba bercerita berbahasa banjar) dan Baturai Pantun (seperti berbalas pantun). Saya hanya mempersiapkan presensi, menjaga di meja regis. Sisa waktu saya isi dengan masuk kelas dan tetap belajar seperti seharusnya.

 Pada tanggal 11 saya absen berkegiatan, karena kelas mata kuliah pada hari itu penuh dari pagi hingga sore. Meski bergabung dengan kepanitiaan mengasyikkan tetaplah belajar prioritas utama.

  Kemudian pada tanggal 12-13 saatnya lomba enggrang, bakiak dan asinan a.k.a gobak sodor. Saya tidak tahu betul cara kerja permainan ini (jangan tanya kenapa).

Saya lagi lagi tidak ikut berpartisipasi dengan panitia lainnya di lapangan karena membantu sekertaris menyiapkan presensi dan membantu tim kesekretariatan mempersiapkan sertifikat untuk pemenang dan peserta lomba yang akan dibagikan pada malam puncak.

Berlanjut pada malam puncak pertama yaitu pada hari Sabtu 14 Desember.

 Tidak terasa kegiatan yang direncakan sejak berbulan yang lalu kini sudah di penghujung. Rasanya campur aduk. Senang karena artinya kesibukan akan berakhir dan saya bisa istirahat dengan semaunya. Namun juga terselip sedikit sedih karena semua kehangatan, kedekatan seperti ini tidak akan saya rasakan lagi dalam waktu dekat. Emang suka susah move on aja sayanya mon maap wkwk.

  Anyway, pada malam itu kami bersenang-senang. Percayalah saya senang kok walaupun ekspresi saya sepertinya tidak mendukung dan kontradiksi dengan  statement itu.
  Thats just how my face work, im smile-less and lack of facial expression. lol.

 Intinya terpancar jelas wajah-wajah segenap panitia yang menikmati jerih payah, keringat, serta otak yang terkuras selama beberapa hari belakangan.

 Urutan acara pada malam itu diantaranya tampilan memukau dari prodi dan ormawa dilanjutkan dengan pengumuman pemenang lomba serta pembagian hadiah. 

 Tidak berhenti sampai disana, saat pengunjung mulai melangkahkan kaki meninggalkan area bazar, kami panitia masih memiliki satu agenda. 

Evaluasi, kegiatan rutin.

 Setiap orang dipersilahkan menyampaikan pendapat dan segala keluh kesah tentang kekurangan dan kesulitan yang dihadapi selama meng-handle acara. Senda gurau ditengah-tengah keseriusan adalah obat mujarab untuk rasa kantuk yang mulai menguasai. Tidak terasa jarum jam menunjukkan pukul 1 malam. Sudah saatnya kami memikirkan diri sendiri dengan bersiap pulang dan beristirahat. 

Hari yang cukup produktif. Masih ada satu kegiatan lagi. Tenaga tidak boleh sampai kehabisan.

 Delapan jam tidur tidak pernah terasa cukup. Seperti ada alarm tertanam dalam kepala, saya terbangun dengan sendirinya. Mandi, merapikan kamar yang sudah tidak terurus selama 2 minggu. Seperti sudah  beralih fungsi menjadi tempat menumpang tidur malam semata yang sepanjang siang ditinggalkan.

 Sarapan seadanya, kemudian berangkat karena sudah dijemput oleh kakak koordinator, segera menuju sekre lagi pada pukul 11 siang. Masih dengan tugas yang sama, bergelut dengan mesin pencetak kesayangan. Mencetak tulisan untuk simbolis hadiah yang ditempelkan pada cutting foam board. Dan segala pernak pernik yang dirasa perlu.

 Kami bertahan menyelesaikannya hingga sore hari, sekitar pukul 17.50, sedangkan acara akan dimulai pada pukul 19.45. Artinya kami memiliki waktu kurang lebih 1 jam saja untuk bersiap dan berdandan. 

 Saya bergegas pulang, menyetrika pakaian yang akan saya kenakan. Tema outfit panitia malam ini adalah putih & cream. Saya pun siap dengan pashmina berwarna cream mengarah beige, kemeja putih dan bawahan rok plisket senada dengan kerudung.

 Segera berangkat setelah memesan ojek online. Sesampainya di ruang sekre bersama seorang teman saya berjalan menuju area panggung dan tenda panitia diiringi rintik gerimis.

 Oh iya saya lupa memberitahu bahwa sejak kemarin terjadi hujan lebat berkali-kali. Maka beberapa jam sebelum acara dimulai panitia bahu-membahu menyerok (?) Air secara manual, yang menggenang cukup tinggi membanjiri panggung dan sekitar.

 Malam puncak yg kedua terasa cukup dingin, efek hujan barangkali. Acara tetap dimulai meski gerimis tak kunjung reda. Malam itu agenda acara tak jauh berbeda dengan sehari sebelumnya, masih melanjutkan penampilan sesuai urutan yang telah ditentukan oleh tim acara.

 Dalam mengisi kekosongan, saya menyempatkan untuk belajar dari beberapa file presentasi yang sengaja saya pindahkan ke penyimpanan di ponsel, beberapa waktu lalu. Karena esok hari merupakan hari pertama kami menjalani Final Test atau ujian akhir semester. Mau tidak mau di tengah kesibukan saya dan teman-teman lain harus bijak dalam mengatur dan membagi waktu untuk belajar.

 Acara berakhir pada pukul 12 malam, namun masih tersisa beberapa pengunjung yang masih betah bernyanyi ria sehingga kami pun menunda untuk membersihkan tempat. Mendekati pukul satu dini hari, pelan-pelan kami mulai memungut sampah yang berserakan dan ditinggalkan oleh pengunjung. Saling membantu menggiring plastik sampah sembari mengangkat setiap plastik, sedotan, tisu, gelas, botol yang berserakan. Melepas kabel stop kontak yang tersebar di sepanjang area. Melepas atribut yang bergantungan dan karpet merah yang terasa berat karena bercampur air hujan. 

 Sesekali duduk untuk mengumpulkan energi yang tersisa. Jarum jam tidak pernah berhenti. Sampailah pada pukul setengah tiga dini hari. Saya sudah tidak sanggup lagi, segera pulang diantar oleh Kak Anggita yang selalu berbaik hati. Sesampai di kos saya merapikan diri, terlalu lelah untuk mandi. Biarlah untuk malam ini saja ucap saya dalam hati. Lalu terlelap.

  Pagi sekali, 3 jam berikutnya saya kembali terbangun untuk mendalami materi. Karena Final Test akan dilaksanakan pada pukul 8 pagi.

 Tulisan ini sudah terlalu panjang untuk tetap dibuatkan kesimpulan tambahan lagi. 

Intinya saya sangat senang dan bersyukur karena Tuhan mengizinkan saya merasakan pengalaman berharga ini. 

Keringat yang tidak sia-sia. 
Tidur larut yang tidak saya sesali.
Karena imbalan yang saya dan rekan panitia dapat mahal harganya.
Pengalaman, ilmu dan kebersamaan.

Semoga tidak berakhir sampai disini. Semoga Tuhan tetap izinkan saya untuk kembali terlibat dalam kegiatan-kegiatan berikutnya yang tidak kalah spektakuler.

bonus potret panitia
Nampaknya tulisan ini tidak akan ada ujung, baiklah sekian saya akhiri. :) Wassalam


Comments

Popular posts from this blog

MEMORI RAYA | 24 MEI 2020

RAYA KEDUA || 5 JUNI 2019

VACCINATED! | 02 JULI 2021