2021: Find That One Reason!

 


Hai semua, 

Apa kabar? Semoga kamu tidak sedang terengah-engah dengan setengah napas berlari dari Januari hingga Desember ini.

Ternyata tanpa sadar jarak antara blog terakhir yang saya buat dengan yang satu ini cukup jauh ya. Setengah tahun, yakni enam bulan. Kalau diibaratkan kuliah, sudah naik satu semester. Lumayan satu langkah menuju wisuda. Sejujurnya, ada segelintir rasa bersalah dalam diri saya karena sempat menganaktirikan platform ini. Padahal dulu, ini adalah salah satu pelarian yang ampuh dan sangat saya sayang-sayang. Hingga dia tumbuh dan beranak pinak. Walaupun tidak besar, tapi nyawanya saya rasakan; dia hidup bagi saya.

Dua ribu dua puluh akan berakhir, tepat satu malam sebelum pergantian saya dibuat termenung. Dalam kepala saya seperti sedang ada keluarga yang camping, mungkin berlibur dalam rangka menutup akhir tahun. Tapi pasti dengan persiapan yang rumit dan tidak sederhana, berlibur di tengah pandemi ini. Dengan terpaksa menyertakan masker untuk satu keluarga, hand sanitizer dan perkakas lainnya diantara kemah dan karpet lipat yang mereka bawa. Ada bapak yang kebingungan mencari jalan. Ada ibu yang nampak melihat-lihat sekeliling, matanya berpendar mencari tempat mana yang paling pas dan aman untuk anak-anaknya bermalam. Serta riuh anak-anak yang mengeluh dengan barang bawaan yang begitu banyak dan juga berat. Ditambah, bapak lupa bawa kompas. Tidak tahu arah. Iya cukup, scene cerita buatan kepala saya yang akan menjadi series drama jika tidak dihentikan.

Isi kepala saya mencari sesuatu yang tepat untuk menggambarkan 2020 ini. Sederhananya, saya mencari jawaban atas pertanyaan yang saya buat sendiri, "kalau diibaratkan dengan benda, 2020 ini apa menurutmu?" Hmm, saya anggap 2020 sebagai anak, "balita yang rewel"

Sesekali saya buka Instagram dan sosial media lainnya, isinya orang-orang yang mengumpulkan potret kegiatan mereka selama setahun terakhir. Atau orang-orang yang sedang bersiap menyambut malam tahun baru. Bakar jagung, bakar ayam, bakar sosis, dan bakar-bakar yang lainnya. Saya yakin penjual jagung sedang menjadi buron malam ini, dicari oleh semua orang. Dan jagung-jagung itu akhirnya merasakan menjadi bintang untuk satu malam. 

Saya, Ibu, dan adik, beberapa hari lalu sempat berdiskusi 

"malam tahun baru ini kita ngapain ma?" 

matikan lampu, tarik selimut dan tidur sahut saya dari dalam hati untuk pertanyaan yang dilontarkan adik saya saat kami semua sedang menyantap makan malam. 

"Bakar sate ayam dan jagung di balkon atas kayanya enak" jawab Ibu.

Terjadilah diskusi singkat yang menurut saya tidak jelas keputusannya iya akan dilaksanakan atau tidak usah kita gagalkan. Karena hingga hari terakhir Desember tiba, belum terlihat adanya persediaan jagung di rumah ini. Semua enggan untuk keluar rumah karena hujan dan mendung sejak pagi.

Ternyata saat malam tiba, ibu meminta adik untuk keluar rumah mencari arang di warung yang tidak begitu jauh. "Wah jadi acara bakar-bakar ini rupanya" benak saya. Karena tahun-tahun sebelumnya malam tahun baru tidak pernah menjadi berbeda dengan malam lainnya. Tidak ada perayaan apapun yang kami lakukan. Seperti yang pernah saya sebut beberapa tahun lalu, yang berubah hanya angka. Sisanya sama saja. Mungkinkah ini akan menjadi terobosan dan tradisi baru dalam keluarga ini kedepannya? atau sekedar pelepas penat untuk 2020 yang amat melelahkan a.k.a balita yang rewel?

Pukul 10 malam, sunyi senyap rumah ini tergantikan dengan gaduh dari kami bertiga. Mulai dari saya dan adik yang mengangkat tangga lipat, untuk mengganti lampu balkon yang sudah mati dan tidak berfungsi. Kemudian memindahkan beberapa perabotan yang akan kami gunakan di balkon nanti. Seperti pemanggang, kipas angin dan sebagainya. Sementara ibu mulai sibuk menguasai dapur, mempersiapkan ayam dan bahan lain yang akan dibakar, kecuali jagung.

Selang satu jam setengah, semua makanan sudah siap untuk disantap. Hitung mundur beberapa menit terakhir menuju pukul 00:00 kami habiskan dengan masing-masing memegang tusuk sate, bukan besi kembang api atau sparkler. Sesekali tertawa mendengarkan bunyi kembang api yang diluncurkan ke langit, yang menurut saya bunyinya seperti tidak niat. Tidak seramai tahun-tahun sebelumnya, dimana bunyi kembang api saling bersahut dari berbagai penjuru kota.

Dingin malam menembus permukaan kulit saya, meski sudah tertutup jaket hoodie yang cukup tebal. Sayang sekali, saya tidak banyak mengabadikan momentum kami malam ini. Saya dibuat bertanya setiap melihat orang yang berhasil menangkap atau merekam momen bersama keluarga dengan sempurna. Karena pada saya, hal itu tidak pernah berhasil. Saya terlalu terlena menikmati waktu dan momentum kebersamaan yang kami habiskan ketimbang men-setting kamera. Saya perlu banyak belajar untuk ini, di waktu yang akan datang.

Saya menyeletuk, 

"kalau ada baba dan kakak disini bersama kita, saya ingin kita menghabiskan malam dan tidur di balkon saja, pasti seru." 

Celetukan yang benar-benar saya maknai dan datangnya dari hati. Sudah 14 bulan terpisah, tidak saling bertatap muka, mencium tangan, atau mengelus kepala satu sama lain. Berbicara melalui ekspresi, dan bersama menertawakan itu. Hela nafas panjang —huuuuuh— saya yakinkan diri. Masih kuat bersabar, masih besar harapan, semoga tahun depan diberi kesempatan yang lebih baik.

Menghadapi anak yang rewel, banyak maunya dan membuat saya banyak mengelus dada ini selama 365 hari, bukan bercanda semata. Meskipun lelah saya banyak yang bersumber dari kelakuannya, tapi sebagai orang tua saya tidak akan pernah membenci "anak" ini. Saya selalu memaklumi dan menganggap ini adalah proses bertumbuh dia untuk menjadi besar, dewasa, dan meninggalkan jauh sifat-sifatnya yang kerap menimbulkan geram. Meski menangis tiap malam, tensi darah selalu melampaui angka 120/80. Dimana-mana orang tua, akan menyeka air matanya, mengompres mata sembabnya, seraya tetap kuat menjadi pendukung pertama yang paling percaya pada anaknya; harapannya. Tetap optimis dan besar pintanya agar anak ini nanti dapat menjadi cahaya baginya. Membawa berita baik untuknya.

Semoga kita semua tidak berakhir dengan membenci "anak" ini ya. Anggap ini sebagai bagian dari proses pendewasaan. "Anak" ini dengan ketidaksempurnaannya, dan hadirnya mengajarkan banyak hal. Tidak ada yang patut kita salahkan. Semula kita mengharapkan tahun ini dapat menjadi senormal tahun yang lalu-lalu. Ternyata "anak" ini hadir dengan banyak kejutan yang dibawanya dan kita dengan persiapan seadanya tergopoh-gopoh menghadapi.

Terakhir sebelum menutup, 

Selamat merayakan malam pergantian tahun! Selamat memasuki tahun yang baru dengan segala "semoga" yang kamu bawa.

"Semoga" saya, yang saya sudah sangat hapal rangkaian katanya adalah,

Semoga ibu dan ayah saya selalu sehat, selalu tenang hatinya.

Semoga kakak dan adik saya selalu sehat, dan dalam perlindungan, Tuhan jaga.

Semoga kucing-kucing saya selalu sehat, dan bertumbuh besar membawa gembira.

Semoga teman dan orang-orang yang saya cinta mendapatkan porsi sehat dan bahagia yang sama.

Tidak lagi saya penuhi doa dengan "semoga saya", Karena saya tahu betul bahagia saya datangnya dari mereka. Dirasa atau tidak, dengan geleng kepala menerima kenyataan bahwa sekarang sehat menjadi mahal harganya. 

Bertambah satu angka dibelakangnya, setidaknya ada satu alasan yang dibawanya untuk membuat kita bersukacita dan bersyukur pernah melewati tahun ini. Misi kita saat ini adalah untuk mencari satu alasan itu!

Selamat berkelana, semoga menemukan. Terima kasih sudah membaca cerita saya. Sehat selalu di belahan dunia manapun kamu berpijak.

note: 

oh iya, mengungkit kembali tentang saya yang sempat menganaktirikan blog ini. Saya melakukan ini bukan tanpa alasan, sejak Juni 2020 lalu saya berkenalan dengan dunia baru untuk berbagi kisah. Penjelajahan baru yang menyenangkan bagi saya. Podcast, berawal dari hobi saya mendengarkan banyak podcast dari orang-orang tersohor. Akhirnya saya juga ingin merasakan, terjun ke dunia ini. Walaupun bukan ketenaran yang saya cari. Saya mencari pengalaman, mengasah skill baru, dan menantang diri saya untuk keluar dari zona aman. Jadi, saya membuat akun podcast yang disalurkan ke beberapa platform. Bisa didengarkan melalui Spotify, Apple Podcasts, Google Podcasts, Anchor dan masih banyak yang lainnya. 

Kalau kalian berkenan untuk mendengar, silahkan klik link Spotify ini ya. Nocturnal'sthoughts

Isinya tidak jauh berbeda dengan blog ini. Saya berbagi cerita yang ringan dan mengalir begitu saja. Bedanya hanyalah kalian bisa mendengar suara saya menjelaskan, tanpa perlu lagi sulit mengumpulkan niat untuk membaca.

Semoga suka, dan terima kasih :)

—nawal

Comments

Popular posts from this blog

MEMORI RAYA | 24 MEI 2020

RAYA KEDUA || 5 JUNI 2019

VACCINATED! | 02 JULI 2021