TANDA TANYA || 7 MEI 2017
Ini menyebalkan. Serius ME-NYE-BAL-KAN. Kenapa ide selalu muncul
di saat yang tidak tepat?
Ini sudah pukul 1.30 waktu Mekkah, sudah waktunya istirahat dan
bahkan aku sudah tarik selimut bersiap untuk tidur. Tapi otakku tak berhenti
merangkai kata-kata. Semacam kaset rusak yang tak berhenti berputar. Mengganggu.
Setelah setengah jam
bergulat dengan pikiran. Akhirnya aku mengalah, karena meski ku paksakan untuk tidur, aku yakin tidurku
tidak akan nyenyak dan tenang.
Akhirnya aku bergegas
bangun dan kembali menekan tombol power laptopku. -__-
Jadi sejak pagi aku
teringat cerita seorang teman, dan itu terus terngiang.
Aku terinspirasi untuk membuat sebuah puisi yang mewakilkan
perasaannya. Puisi ini ku beri judul “Tanda Tanya”. Sebenarnya ini mewakili
pertanyaanku juga, Tanda Tanya, mengapa otakku tak berhenti beraktifitas,
mengapa tidak ia izinkan aku beristirahat, mengapaaaaaa? -______-
Langsung saja ini puisinya….
“Tanda Tanya”
Tahukah kamu?
Dulu aku pernah dan sempat selalu menyertakan namamu,
Menceritakan tentangmu,
Dalam setiap
pertemuanku dengan Tuhan kita di tengah gelap.
Aku sempat sangat bahagia ketika tak sengaja berpapasan
denganmu.
Bangun tidur, hingga kembali hendak tidur
Namamu, bayangan akanmu terus memenuhi otakku hingga tak
sisakan tempat untuk oksigen.
Tahukah kamu?
Seberapa banyak luka bekas goresmu
Aku rela menjadi tempat kamu menampung cerita tentang DIA
Aku rela menjadi perantara pertemuanmu dengan DIA
Meski sakit, tak menyerah terus kusirami hati dan perasaan ini
agar terus tumbuh sehat untukmu.
Agar kuat menunggumu.
Namun, tahukah kamu?
Aku putus asa, karena pertanyaanku tak kunjung mendapat jawaban dari
Tuhan.
Tertanam dalam diriku bahwa kedekatan kita tak berarti
apa-apa
Akhirnya, aku berjalan sendiri menggenggam rasa yang kini hampir
layu tak terurus
2 tahun berlalu, kini kembali kudengar kabar tentangmu
Kudengar kau menanyakan kabarku dan kau menyimpan simpati
untukku
Tapi aneh. Aku tak lagi bahagia
Tak ada semburat merah di pipiku
Tak ada kupu-kupu nakal berkeliaran di perutku
Tak ada senyum yang mengembang seperti kala itu
Tanyaku …..
Apakah aku mendendam, hingga ini caraku untuk membalas?
Dimana ku simpan rasa yang kemarin hampir layu?
Atau mungkin rasaku telah hilang terhapus ombak tertimbun
pasir?
Atau aku sudah cukup kuat berdiri sendiri tanpa bayangmu?
Atau justru inilah bentuk jawaban Tuhan, tentang aku yang
salah menyimpulkan rasa.
Note: tidak selalu yang aku tulis merupakan penggambaran tentang pengalaman pribadiku, bisa saja terinspirasi dari cerita orang atau lingkungan sekitar. Dan kali ini aku benar-benar terinspirasi dari cerita teman. catet itu!
Tapi ga deng, aku juga pernah ngalamin di posisi itu, tapi pengorbanannya ga sampe tahap itu kok. wkwk
Comments
Post a Comment