EUFORIA ; UTBK 2 || 17-18 MEI 2019
Selalu begini, pingin nulis tapi ditunda-tunda. Kelamaan sampai lupa inti topik yang akan ditulis, jadinya harus berusaha lebih banyak untuk mengingat lagi kejadian yang sudah dilewati. Penyakit lama yang belum jua sembuh.
Tulisan ini seperti rekap kegiatan pada tanggal 17-18 Mei 2019, oleh karena itu aku menghimbau siapapun yang membaca, jika tidak terlalu tertarik lebih baik berhenti segera karena tulisan ini akan menjadi tulisan terpanjang dan membosankan, Lol.
Bagaimana memulainya?
Well, seperti yang teman-teman pembaca ketahui atau belum ketahui aku adalah salah satu "pejuang" SBMPTN tahun ini. Yang pada tanggal 18 Mei lalu menjalani tes UTBK yang ke 2,
untuk teman-teman yang bertanya apa itu UTBK, UTBK adalah Ujian Tulis Berbasis Komputer. Tes sebelum memasuki perguruan tinggi negeri yang diselenggarakan oleh lembaga resmi yang bernama LTMPT. Selebihnya silahkan googling untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat.
Jadi, dikarenakan tempat tinggalku dengan lokasi tes tidak dekat. Lokasi tes di Banjarmasin, Kalimantan selatan dan aku dari kota Kuala Kapuas, Kalimantan Tengah. Berbeda kota, dan berbeda provinsi bahkan. Yang ku perkirakan untuk mencapai tempat tersebut dibutuhkan waktu 60-90 menit perjalanan, dengan menggunakn mobil, tentunya.
Tidak hanya perihal jarak, namun juga waktu pelaksanaan tes, aku mendapat kesempatan tes sesi pagi. Dengan begitu maka aku harus berada di tempat tersebut satu hari sebelum hari H, untuk mencegah kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi.
Jum'at, 17 Mei 08.00 WIB :
aku berangkat seorang diri dengan travel taxi langganan mama. Sesampainya di sana aku kembali dijemput oleh kak Jumi yang setia menemaniku sedari aku menjalani tes UTBK pertama, SHOUT OUT TO HER EHEE 💕
Jum'at, 17 Mei 11.00 WITA :
Aku menginap di guest house salah satu universitas di sana, kamar yang cukup untuk dua-tiga orang pengunjung. Setelah check in di receptionist, aku segera memasuki kamar, merapikan barangku dan bersiap untuk beristirahat.
Setelah kurasa cukup akupun membuka lembaran buku untuk kembali mengingat satu dua materi yang telah ku pelajari.
Jum'at, 17 Mei 16.00 WITA :
Kak Jumi menjemputku untuk berbuka puasa bersama di kos beliau. Sembari menunggu adzan kami bercerita banyak sekali, dari sistem perkuliahan, pekerjaan, keluarga, bahkan pengalaman beliau saat menjalani KKN beberapa waktu lalu, btw beliau sedang menyusun skripsi untuk jurusan PGMI yang beliau pilih. Kami tak kunjung kehabisan topik percakapan, benar-benar random dan mengalir.
Jum'at, 17 Mei 19.30 WITA :
Kami bersiap untuk menuju Langgar a.k.a Mushalla untuk melaksanakan shalat Terawih. Nuansa yang berbeda dibandingkan terawih di Mushalla dekat rumahku yang terbilang sepi, di sini cukup ramai karena ini adalah komplek pelajar/mahasiswa. Sempat terheran ketika melihat keakraban yang terjalin antara satu jemaah dengan yang lain. Seperti bukan lagi tetangga melainkan keluarga. MasyaAllah.
Jum'at, 17 Mei 21.00 WITA :
Aku kembali diantar pulang oleh kak Jumi ke penginapanku. Aku belajar seadanya hingga pukul 12 malam. Karena mata yang sudah tidak kuat setelah menjalani serangkaian aktifitas baru sehari ini, akupun tertidur.
Sabtu, 18 Mei 02.30 WITA :
Aku menerima pesan singkat dari kak Jumi, bahwa beliau sedang dalam perjalanan menuju penginapanku untuk menjemputku karena sebentar lagi memasuki waktu sahur. Bergegas bangun bersiap dan merapikan barang-barang yang akan ku bawa saat tes pagi nanti. Karena kami berencana untuk berangkat ke tempat tes langsung dari kos beliau saja, untuk menghemat waktu. Naik motor, beradu arah dengan angin dingin di malam hari seperti ini adalah pengalaman baru.
Sabtu, 18 Mei 03.00 WITA :
Kami sedang sahur dan masih "berbincang tiada akhir", perlu kalian tahu beliau ini sangat mudah berbaur dengan siapapun. Jadi untuk ukuran introvert seperti ku saja masih merasa nyaman berkomunikasi lama dengan beliau. Usia kami terpaut 6 tahun,
btw akan kuceritakan sedikit tentang beliau di akhir tulisanku nanti.
Sabtu, 18 Mei 04.00 WITA :
karena waktu imsak sekitar pukul 5 pagi, kami masih memiliki waktu bersantai sambil mengemil snack yang masih tersisa. Dari percakapan ringan kami, aku bisa menyimpulkan bahwa kami memiliki lumayan banyak hobi yang sama, diantaranya hobi diskusi, hobi makan dan hobi berfantasi. Saat dirasa sudah cukup, kami berniat untuk tidur sebentar saja, mengisi ulang sedikit energi.
Sabtu, 18 Mei 07.00 WITA :
kami bertolak ke lokasi tes yang berada di SMK 1 Banjarmasin tepatnya 45 menit sebelum tes dimulai. Sesampainya di sana aku dibantu kak Jumi mencari ruangan 01, sembari membaca list nama peserta yang tertempel di pintu ruangan untuk memastikan.
Sabtu, 18 Mei 07.45 WITA :
Peserta diperbolehkn memasuki ruangan, pemeriksaan identitas (yang meliputi kartu peserta, surat keterangan dari sekolah), panitia memberikan pulpen dan selembar kertas untuk coretan, dan peserta dipersilahkan memilih tempat duduk. Aku memilih komputer nomor 24 di ruangan tersebut.
Kurang lebih 4 jam menjalani tes, dengan 180 soal yang diberikan batasan waktu untuk per-subtes. Cukup tertekan. Satu hingga dua jam pertama terasa biasa saja, beberapa jam berikutnya kaki mulai kram, pinggang terasa nyeri karena tidak banyak bergerak, kepala pusing dan mata mulai lelah terlalu lama menatap layar komputer.
Beberapa kali server mengalami gangguan, tapi hanya dalam hitungan detik. Dalam hitungan detik itu jantung terasa tak bekerja. Sangat khawatir. Namun nyatanya jawaban kita sudah aman tersimpan. Tetap saja, aku dan peserta lain ketakutan dan panik.
Dari segi soal, untuk TPS tidak terlalu sulit, hanya saja diuji dengan teks yang panjang dan waktu yang singkat. Diforsir untuk menyelesaikan soal secepat mungkin agar waktu yang tersedia cukup untuk menyelesaikan seluruh soal.
Berbeda dengan soal-soal TPA, bagian ini ku rasa tingkat kesulitannya meningkat jika dibandingkan dengan UTBK pertama, jika saat itu lebih banyak soal yang di aplikasikan pada kejadian sosial sehari-hari sehingga kita dapat menjalankan nalar, kali ini benar-benar sesuai materi mapel. Jadi beberapa soal materi yang tidak ku kuasai terasa sulit bagiku.
Sabtu, 18 Mei 12.00 WITA :
aku sudah keluar dari ruangan, menuju tempat kak Jumi menunggu, kami segera meninggalkan tempat tersebut dan menuju pusat perbelanjaan di kota tersebut, untuk cuci mata dan refreshing sekaligus menemani kak Jumi untuk membeli buku di Gramedia.
Sabtu, 18 Mei 13.30 WITA :
aku merapikan barang yang tersisa di tempat penginapan, menyelesaikan administrasi, menunggu jemputan dan pulang.
Satu kata mendeskripsikan journey kali ini LELAH. Namun juga berkesan.
Karena aku harus menjalani tes ini berbarengan dengan puasa, maka terasa lebih menantang.
Alhamdulillah kekhawatiran selama ini terselesaikan sudah, tinggal menunggu hasil. Apapun hasilnya semoga yang terbaik.
وما توفيقي إلا بالله، عليه توكلت وإليه أنيب :)
Mengenai kak Jumi, beliau adalah putri dari sahabat Baba (Baba : Papa; Ayah) sejak kecil.
Saat ayah kak Jumi menunaikan ibadah haji beberapa tahun lalu, baba menjemput beliau untuk menjamu beliau di rumah. Terlihat airmata tulus jatuh dari pelupuk mata mereka saat berjumpa setelah terhitung 20 tahun tidak bertatap muka, mereka saling mengasihi. Humor mereka ada dalam satu kelas, mungkin itu yang menjadikan mereka sedekat ini.
Dulu aku ingat betul, saat mereka terpisah oleh jarak. Beliau tak pernah absen mengirim bingkisan untuk keluarga kami setiap tahun, di musim haji.
Perlu kalian tahu, Saudi memiliki 4 musim, yaitu : musim panas, musim dingin, musim kemarau dan musim haji.
Yang ini bercanda hahahah, monmaap😂
Sekalipun bingkisannya sederhana, namun kami merasa sangat bahagia karena itu pertanda kami masih diingat dan diperhatikan. Tidak pernah lupa juga dalam bingkisan tersebut beliau sertakan surat. Lucu sekali. Perlakuan manis ini tertanam dalam diriku untuk turut melakukan hal yang sama kelak. Bahwa kejutan-kejutan kecil seperti ini dapat membuat persahabatan menjadi semakin erat dan hangat. Persahabatan mereka menginspirasiku.
Oleh karena kedekatan mereka itu, kami generasi kedua dicanangkan untuk juga menjadi teman yang akrab seperti para ayah. Our friendship starts from our fathers.
Kak Jumi ini perawakannya tak jauh berbeda denganku, berisi dan tak cukup tinggi. Beliau berniqab dan berjilbab syar'i, masyaAllah. Hiperaktif, cerdas, supel dan kemampuan verbal nya patut ku acungi jempol. Beberapa istilah yang tidak pernah ku tahu, ku dengar dari beliau, seperti salah satunya EUFORIA yang ku abadikan sebagai judul yang dapat mendeskripsikan tulisan ini.
Padahal kami baru bertemu untuk yang kedua kali, namun menkjubkan kami seperti sudah kenal lama. Komunikasi terjalin lancar sekali, semua bisa kami bahas. Buktinya saat kami bercakap ringan, kami membahas sesuatu dari yang tergolong topik penting, topik berat dan diperlukan wawasan to get into it, bahkan hingga sesuatu yang kaleng-kaleng hahah.
Membahas ilmu filsafah, tokoh Islam, pro kontra teori Darwin, teori Bigbang dan lapisan tanah serta materi Geografi lainnya pada pukul 4 dini hari, ditutup dengan pembahasan mengenai menu andalan di Mcd dan rencana kami untuk makan bersama di sana di pertemuan kami selanjutnya.
Karena beliau jugalah aku merasa seperti menemukan jati diriku sebagai anak sosial, tak menyesali pernah menjadi anak sains tapi sosial lebih menyatu denganku.
Tak salah jika orang berucap bahwa terkadang sesuatu yang sempurna datang dari ekspektasi yang tak terduga.
Teman baru namun terasa seperti chemistry a.k.a. kemistri (bukan kimia) ini telah tumbuh lama.
Terimakasih Ya Allah :)
Sekian, tulisan ini kututup tepat pada kata yang ke-1423.

Comments
Post a Comment