CULTURAL SHOCK || PENGALAMAN WNI YANG "BARU" TINGGAL DI INDONESIA?
Assalamu alaikum,
Aku ingin menulis lagi ya? semoga kalian tidak lelah membaca tulisan super panjangku ini :)
Setelah hampir sepuluh bulan aku menetap di Indonesia aku merasakan cukup banyak hal-hal atau budaya baru yang ‘cukup’
asing bagiku walaupun notabene nya aku adalah orang Indonesia yang sesungguhnya. Dan menurutku topik ini cukup menarik untuk kubagikan kepada para
pembaca.
FYI, aku membuat tulisan ini berdasarkan apa yang aku alami dalam kurun waktu yang cukup singkat. Jadi apabila terdapat kesimpulanku akan beberapa hal yang tidak benar (tidak dapat diterima oleh khalayak) mohon dimaklumi atau mungkin karena ini hanya berupa ‘opiniku’, jadi aku tidak memaksa orang lain untuk menyetujui atau mengiyakan pendapatku. Lantas tanyakan atau bicarakan langsung padaku jika ada pihak yang keberatan.
Bersumber dari DetikForum makna
Culture shock yang aku dapatkan adalah perubahan nilai budaya seiring
dengan perkembangan jaman dan wawasan yang makin berkembang ini biasanya
terjadi pada orang-orang yang secara tiba-tiba berpindah atau dipindahkan ke
lingkungan yang baru. Which is tepat sekali dengan apa yang terjadi padaku
saat ini.
Jadi ada beberapa hal atau bahkan
hal-hal sepele yang menurut orang lain wajar, tapi menurutku aneh karena aku
tergolong orang baru yang mencoba beradaptasi di lingkungan baruku. Untuk lebih
memahami maksudku, akan ku rincikan satu persatu ya,
1.) POSISI SETIR MOBIL
Hal yang
pertama kali aku notice ketika keluar dari bandara dan masuk ke dalam mobil
yaitu, posisi setir yang berada di sebelah kanan. Pada awalnya aku merasa agak
terganggu melihat posisi supir yang menurutku tidak pada tempatnya. Tapi ketidaknyamanan itu hanya berlangsung
dalam waktu singkat, setelah berkali-kali mengendarai mobil aku rasa ini sudah
menjadi hal yang biasa untukku.
2.) TIDAK TERBIASA TANPA ABAYA
Pada awalnya,
aku semacam mati gaya setiap kali harus keluar rumah tanpa abaya. Rasanya seperti
aku sedang melakukan kesalahan setiap mata orang tertuju padaku. Selalu terasa
ada yang kurang. Selama ini aku tidak pernah ambil pusing perihal baju apa yang
akan aku pakai hari ini dan celana apa yang cocok dengan outfit ku. Abaya
adalah solusi terbaik. Baju apapun yang aku kenakan akan tertutupi dengan
abaya. Hitam, simple, elegant dan nyaman.
3.) SULIT MENDAPATI PEJALAN KAKI
Aku yang
terbiasa berjalan kaki di tempat tinggal lamaku merasa baik-baik saja jikalau harus
melakukan itu. Tapi tidak demikian, ketika berada di Indonesia. Jarang sekali kudapati
orang yang berjalan kaki dijalan. Selalu mereka mengendarai motor atau paling
tidak sepeda. Oleh karena itu setiap kali aku berjalan kaki sekedar untuk ke
warung, aku kerap kali menjadi pusat perhatian beberapa pasang mata. Dan pasti akan
ada satu atau dua orang yang menegurku “loh kok jalan kaki wal?” tapi untuk ini
aku tidak bisa memukul rata, karena bisa jadi di tempat lain wilayah Indonesia masih
banyak terdapat pejalan kaki. Ini Aneh dan awkward memang. hahaa :)
4.) TOKO TUTUP LEBIH AWAL
Kembali membandingkan dengan sikon
di tempat lama aku, disana toko atau pasar akan buka dan mulai ramai pengunjung
saat malam tiba. Dan aku juga terbiasa dengan itu. Aku lebih suka berbelanja di
malam hari karena menurutku, aku dapat berbelanja dengan tenang, dan malam itu
punya nuansa yang berbeda. Sedangkan disini, menjelang magrib saja pedagang
sudah mulai gulung tikar dan mengunci toko. Berbeda halnya dengan pasar malam yang
memang beroperasi pada malam hari, ya. Tapi ada baiknya bukan? Karena aku
pernah membaca sebuah artikel yang mengatakan bahwa angin malam memiliki
potensi membahayakan tubuh. Terlebih bagi saluran pernapasan manusia. Ya,
anggap saja keterbatasan untuk bepergian malam hari ini membuat hidupku menjadi
lebih sehat. Hahahaa semoga.
5.) TAMU DATANG TIBA-TIBA.
Tidak
ada yang salah dengan yang satu ini, hanya saja aku yang bermasalah. Karena
begini, disana menjadi sebuah etika bagi siapapun yg ingin bertamu. Mereka dengan
sendirinya pasti akan memberi kabar terlebih dahulu pada orang yang akan
didatangi rumahnya. Paling tidak memberitahu melalui pesan singkat sebelum
mereka datang. Jadi tuan rumah dapat mempersiapkan segala sesuatu untuk
menyambut kedatangan. Sedangkan di sini tamu dapat langsung berdiri di depan
pintu tanpa pemberitahuan. Hal itu membuatku menjadi gelabakan tanpa persiapan,
karena selama ini tertanam dalam mindsetku, bahwa tamu adalah raja dan ratu
yang harus dilayani dengan sebaik-baiknya. Lol.
6.) MAKANAN MANIS
Sebagian
besar makanan khas Kalimantan tidak menyatu dengan lidahku, bukan hanya aku, tapi
aku dan keluargaku. Rata-rata makanan di sini selalu punya cita rasa
manis, karena ditambahkan gula pasir maupun gula jawa. Lidah kami memang tidak
terbiasa saja.
7.) SEMUA BERHARGA
Disini aku
belajar, segala sesuatu punya nilai. Bahkan cabai satu biji pun dihargai 1000
rupiah. Berbeda halnya dengan disana, pedagang dengan senang hati memberikan
secara cuma-cuma jika hanya satu biji pada pembeli. Karena hal tersebut
dianggap wajar atau sebagai bentuk sedekah. Mungkin karena aku perempuan ya jadi
aku terlalu memeperhatikan apa yang tidak seharusnya. Sampai-sampai cabai pun
dibandingkan, maapkeun yak. Haha
8.) PROBLEMATIKA PEREMPUAN
BERHIJAB DI INDONESIA
Sering mendapati perempuan berhijab, namun baju
dengan lengan pendek yang dikenakan. Atau pakaian sudah serba panjang tapi sangat
menampakkan lekuk tubuh. Tolong jangan hakimi opiniku yang satu ini, sah-sah
saja jika itu memang gaya berpenampilan yang membuatmu nyaman. Tapi inilah
pendapatku, aku tidak terbiasa melihat pemandangan seperti itu. Karena selama
ini aku diajarkan bahwa aurat seorang
muslimah bukan hanya rambutnya saja, tapi seluruh anggota tubuhnya kecuali
telapak tangan dan wajah. Jadi alangkah lebih baik jika semuanya seimbang,
jika mengenakan pakaian dengan lengan panjang juga. Rambut dan tubuh tertutupi
serta terhindar dari penilaian buruk orang mengenai kita terlebih terhadap
agama kita. Aku pun sering lupa, penampilanku belum sempurna, bukan wanita
muslimah yang syar’I dalam berbenampilan. Tapi akan terus kucoba. Mari mencoba
bersamaaaaa :)
sepertinya tulisan ini sudah menandingi panjangnya struk belanja bulanan atau bahkan tahunan. dan sepertinya juga sudah seharusnya aku mengakhiri tulisan ini. Bagusnya ditutup dengan kalimat apa ya?
sekian yang inginku sampaikan, semoga ada manfaat dan hikmah yang dapat teman-teman petik. Terimakasih karena telah meluangkan waktu untuk membaca dan telah menjadi pembaca yang setia selama ini.
spread the love :)
wassalam.
Comments
Post a Comment