INDONESIA || KEPULANGAN 2 JULI 2017


 Assalamualaikum 🙂

Cukup lama aku berhenti dengan kegiatan yang lebih akrab disebut kebiasaan ini yah. Banyak sekali cerita yang ingin aku bagi, tapi kendalanya pun juga tidak kalah banyak. Benar-benar menumpuk dalam pikiran. Semuanya berakar dari aku yang pindah alam, kuota yg kini menjadi limited, keyboard laptop yang tiba-tiba eror. Iya sebanyak itu keluhannya.

Bicara tentang "pindah alam", biar aku jelaskan sedikit ya. Setelah sekian lama, akhirnya aku menginjakkan kaki di tanah kelahiran ibu bapakku, Indonesia. Yang secara otomatis artinya aku juga meninggalkan tanah kelahiranku, Saudi Arabia. Bisa ku katakan ini merupakan keputusan terbesar yang pernah ada bagiku dan keluarga. Ada satu dua hal, bahkan berbagai hal yang tidak mungkin aku jelaskan. Karena, sekalipun aku mencoba tidak akan membawa pengaruh apapun.  Malah yang ada membuat mereka yang tak mengerti menjadi berasumsi tak jelas.

Dan setelah melewati kerumitan yang cukup menguras airmata, hati, dan batin. Maka dengan ini aku dan keluarga berharap keputusan ini datang sebagai jawaban terbaik.

Setelah mempertimbangkan banyak hal, mengenai konsekuensi yang akan kami terimapun sudah kami rundingkan dengan cukup matang.  Juga termasuk menerima kenyataan pahit, bahwa harus terpisah oleh jarak dengan ayah untuk sementara waktu.n

Jujur, yang bergulat dipikiranku pertama kali mendengar keputusan ini  adalah ketakutan akan perpisahan. Aku takut berpisah dengan banyak sekali orang yang ku kenal selama ini, orang-orang yang mempunyai pengaruh dalam hidupku, orang-orang yang aku sayangi.

Berbicara mengenai kesedihan pun ketidaknyamanan tidak akan ada habisnya, daripada hanya mengeluh mari beranjak kepada cerita yang membawa suka.

Tertera pada tiketku, tanggal 2 Juli 2017 pukul 19 waktu Saudi Arabia. Iya itu merupakan keterangan keberangkatan pesawat yang aku tumpangi.  Perasaan campur aduk, aku tidak bisa membedakan rasa ini bahagia atau duka. Setelah kuberi tahu teman-temanku, mereka beinisiatif untuk datang ke rumahku tepat satu malam sebelum waktu penerbanganku. Malam itu pun aku tak tahu apa yang aku rasakan, hatiku sudah tidak dapat mendeteksi  apa yang sedang aku rasakan. Yang aku hanyalah aku akan menangis kapanpun aku melihat dan teringat rumah yang akan aku tinggalkan serta teman-temanku ini.

Malam itu mereka menginap di rumahku tanpa tidur, kami menonton, mengobrol, makan bersama dan semua hal mereka lakukan untuk menyemangatiku. Sedangkan aku benar-benar hilang dan tenggelam.
Begitupun keesokan harinya saat berada di ruang tunggu bandara, mereka satu-persatu mengirimkan pesan via WA ku, ucapan selamat dan doa-doa untuk kehidupan ku berikutnya. Kamu bisa bayangkan bagaimana rasanya?

Setelah melewati perjalanan yang panjang dalam burung raksasa ini, kami lanjutkan petualangan mencari koper di bandara, menemui kakak dan ayahku yang telah menjemput kami di pintu kedatangan, haru dan tangisan. Setelah satu tahun tak berjumpa aku dan kakakku. Rasanya lega sekali.

Satu hari kami menetap di Jakarta, keesokannya ayahku memesan tiket untuk kami kembali ke kampung halaman mereka (ibu dan ayahku).

Sesaat aku melupakan kesedihanku, melihat Indonesia yang berbalut dengan nuansa hijau, dari ketinggian. Asri, dan menakjubkan. Sesampainya kami di Bandara Syamsyudin Noer Banjarmasin kami disambut oleh keluarga besar orangtuaku. Kembali tangis menderu setelah 27 tahun kurang lebih mereka tak bertemu.

Kemudian kami kembali menempuh perjalanan darat yang memakan sekitar 4-6 jam untuk betul-betul sampai di rumah kakek-nenekku, tempat bermain masa kecil ibuku.  Benar-benar di pedalaman yang hampir tak terjamah. Teknologi pun minim sekali. jaringan  saluran telepon genggam, buruk sekali.

Kami disambut dengan ritual adat yang cukup panjang. Kami seakan tamu besar yang diistimewakan. Aku sebenarnya tak suka untuk diperlakukan seperti ini. Ini berlebihan. Tapi hukum adat siapa yang berani menentang?  Dan kuanggap ini sebagai sebuah kehormatan, dan aku berterimakasih sekali. Hehee

Saat itu menjelang malam, para lelaki bergegas untuk ke masjid menunaikan kewajiban, dan para perempuan menyiapkan makan malam besar.  Aku sudah sangat lelah, energiku benar-benar sudah diambang kehabisan. Hari-hari berikutnya di tempat yang sama, kami di jenguk oleh keluarga dan kerabat. Mereka siap mendengarkan cerita kami akan Tanah suci. Dan untuk itu aku tak keberatan, aku senang berbagi. Satu minggu berikutnya kami meninggalkan tempat itu, menuju kota tempat tinggalku saat ini. Salah satu kota berkembang di Provinsi Kalimantan Tengah. Tempatku menghabiskan hari-hari panjangku kedepan.

Dan kurasa cukup ya, cerita ini terlalu panjang dan membosankan sepertinya?  Ku harap tidak ya, semoga kalian tidak jenuh membaca tulisanku ini. Hehe
Akan kulanjutkan tulisan seputar pengalaman baruku pada postingan berikutnya, selamat menunggu.

Wassalam:)







Comments

Popular posts from this blog

MEMORI RAYA | 24 MEI 2020

RAYA KEDUA || 5 JUNI 2019

VACCINATED! | 02 JULI 2021