SEPERTI SAPARDI DJOKO DAMONO || MEI 2018

 
Halo, Aku kembali 🙂

Aku ingin berbagi tulisan lagi, kali ini cukup random ya. Karena ini yang terlintas dipikiranku saat setelah sekian jam aku sendiri berbaring menghadap jendela sambil merangkai kata untuk kembali berpuisi.

Otakku mencoba menelaah sesuatu tapi aku bingung, apa sebenarnya yang sedang kucerna.akhirnya ditengah aku membuat puisi, aku mengingat-ngingat sejak kapan aku akrab dengan puisi dan kata-kata seperti ini.

Aku ingat, saat orang lain suka membaca buku novel aku juga suka, tapi aku lebih tertarik membaca kamus dan menerapkan kosakata baru dalam puisi. Ini bukan aku berdusta untuk terlihat pintar karena selalu bergelut dengan kamus. Hanya saja aku memang suka mengetahui makna dari kata-kata baru yang tidak pernah aku ketahui sebelumnya. Seperti tadi kukatakan tujuanku adalah untuk menambah referensi dalam penulisan puisiku.

Beberapa orang terdekatku menyarankan untuk membuat sebuah karya berbentuk novel.
Tapi sejauh ini aku merasa untuk membuat sebuah novel aku belum bisa membubuhkan rasa yang nyata dan (belum) tidak bisa menghayati dalam proses pembuatannya.
Saat ini jiwaku pada puisi, singkat dan penuh arti.

Salah satu cita-citaku juga untuk menciptakan buku-buku suatu saat nanti. Hanya saja mungkin berupa buku yang  berisikan puisi, kata motivasi dan sebagainya.

Kilas balik, aku pertama kali mengenal Sapardi Djoko Damono saat duduk di kelas 1 SMA.
Aku selalu menikmati pelajaran Bahasa, bahasa apapun itu. Aku ingat, buku matapelajaran Bahasa Indonesia yang memperkenalkanku dengan Tokoh inspiratif itu, impresi pertamaku pada puisinya yang berjudul "Hujan di Bulan Juni" dan "Yang Fana adalah waktu"  puisinya indah.


Kata-katanya ringan, tapi menyentuh.
Majasnya sederhana, tapi membawa untuk berpikir.

Chairil Anwar juga menjadi salah satu yang memotivasiku, begitupun WS Rendra.

Aku merasa puisi adalah mediaku berekspresi tentang aku, sekitarku, dan semua yang ku lihat.

Yang lucu adalah, inspirasi tulisan itu biasanya ku dapatkan saat sedang mandi atau saat hendak tidur atau bahkan disaat-saat yang tak terduga. Jadi ketika ilham itu datang saat sedang mandi aku akan terus mengulangnya sampai selesai mandi agar aku tak lupa, kemudian kata-kata yang sudah kurangkai kutuliskan pada lembaran. Namun jika bertepatan dengan waktu hendak tidur, maka aku segera bergegas menarik buku dan pulpenku. Karena tidurku tidak akan tenang jika kata-kata yang kudapat belum bertrasmigrasi ke dalam lembaran. Selain itu aku juga sering menulis pada lembaran-lembaran kosong disela-sela waktu pelajaran di sekolah. Akhirnya aku terpikir untuk mengumpulkannya saja dalam diary ku, agar tertata rapi.

Terciptalah kebiasaan untuk menulis itu, apapun yang sedang ku alami semua rasa itu ku ubah kedalam bentuk tulisan. Saat marah, saat sedih, maupun senang. Terutama saat marah atau geram terhadap sesuatu sih. Mujarab sekali bagiku untuk meminimalisir lonjakan amarahku.


Aku ingin suatu hari nanti bisa seperti Sapardi Djoko Damono yang masyhur, karyanya abadi  dan dicintai. Aku ingin menjadi orang yang menginspirasi melalui kata-kata. Sebagaimana tokoh-tokoh yang telah kusebutkan, meninspirasiku dalam setiap tulisan-tuliusanku. Aku ingin berpuisi sesederhana itu, namun dapat diterima semua kalangan.  Dan aku cukup percaya bahwa tulisanku, gores tintaku yang akan memperkenalkanku dan menuntun kakiku pada dunia sebagai insan yang sastra mengalir dalam darahnya.  


Lalu apa lagi ya? Sudah segitu saja sepertinya yang dapat kusampaikan. Entah ini ada manfaatnya atau tidak. Semoga masih ada yang berminat untuk membaca ya. Hihii

Saat ini aku sedang mengembangkan kemampuanku menulis puisi, aku menggunakan wattpad sebagai media. bagi teman-teman yang berminat, silahkan cek link dibawah ini:
https://www.wattpad.com/user/nawaleh

Silahkan beri tanggapan, dan masukan yang membangun untuk membantuku berkembang menjadi lebih baik.

Terima kasih :)

Wassalam.

Comments

Popular posts from this blog

MEMORI RAYA | 24 MEI 2020

RAYA KEDUA || 5 JUNI 2019

VACCINATED! | 02 JULI 2021